Share |

4/04/2010

Kolonel


Kali ini rasanya aneh. Pembicaraan dengan Kolonel lewat telepon tadi sore mengaburkan semua warna yang kulihat. Yeah, rasanya sedikit seperti itulah. Kolonel adalah sebuah nama, bukan jabatan militer or something else ^_^. Dan Kolonel adalah teman, sahabat, sekaligus mantan pacar. Yes, status terakhir ini yang sering jadi masalah. Tapi tidak buat kami. Kami sahabat baik, masing masing menjalani hubungan dengan orang lain setelah putus, dan kami bahkan melanjutkan niat untuk wisuda bareng. And we did it..

Aku kemudian memutuskan untuk bekerja di Bali dan Kolonel lulus tes untuk kerja di Jakarta.

Sampai sebulan kemarin, aku menelponnya dan Kolonel bilang ada kemungkinan akan ditempatkan di Bali. Tapi keputusannya keluar setelah 1 bulan. Dan aku menghubunginya untuk menanyakan keputusan dari kantornya.

” Kantor belum ngasi keputusan, tapi aku desak, dan akhirnya hanya diberi clue, kemungkinannya adalah Sulawesi dan Papua”

nyoooosss….bukan Bali.

Rasanya kosong. Ya aku berharap sedikit Kolonel ditempatkan disini, di dekatku. Untuk melanjutkan pertemanan, seperti dulu lagi. Bukan hubungan lewat telepon, apa enaknya hanya mendengar suara tanpa merasa keberadaan itu sendiri.

“dan gimana komentarmu..?”

“komentar apa, Nel..?”

“ya, ya, ya perasaanmu atau apalah..aku berharap mendengar komentarmu”

“ya, kita sudah sama dewasa. Itu harus disikapi dengan baik kan..”, Kedewasaan TAIK.

“oke. sekarang gimana kabarmu? cerita dong..”

Obrolan ngalor ngidul lagi. Dia bercerita tentang mantannya yang sekarang sudah punya calon suami yang sangat cemburuan padanya..bla bla bla.

“Oke, kamu mo dengar komentarku soal penempatanmu?”

“………”

“Nel..”

“ya haloo..”

“aku berharap masih ada keajaiban kecil Senin depan”

“aku juga”

No comments:

Post a Comment