Share |

5/12/2010

duduk diam


Sudah 2 jam aku duduk disini. Di warnet depan kos Marshall. Ga jelas juga sih, buka-tutup facebook, chat on facebook, googling si Melisa cilik, penyanyi cilik yang menemani hari-hari masa kecilku. oh ya, skype-ing juga sama si Soul Brother, Panji. Miss him a lot for sure. He looked funny with his new glasses.

Tapi, after all...nongkrong ga jelas. Marshall and friends are out for dinner i guess. And i'm here..all alone. si Oscar barusan misscalled. Must be a sign for me to call him back. He's my boyfriend now. Yea, a lil bit surprising, after all the fights, all the tears, rejecting moments. I give up. I can't lose him. I am afraid of commitment..that's for sure. But in this case, probably could be more disguise if he's not here, close to me.

Sekarang Oscar legally my brondong. Dia cuma tertawa waktu baca statusku di facebook menyebutnya si Brondong. Surprising everyone, my best friend, my friends, probably my enemies and ex-es also. Yang jelas, hubunganku yang baru berimbas pada hubunganku dengan Lanang. Tanpa kabar, tanpa permisi, aku dihapus dari friendlist di facebook (in this new kind of social rules, being rejected from someone's friendlist is a big thing, don't ask me why..). Tried to call and message him, but no reply back. Oscar dan Panji mengkopi paste status-status Lanang yang tidak lagi bisa kubaca, dan semua tentang kekecewaan. Tidak langsung mengarah juga, tapi jelas. Apa iya aku yang merusak ini? Atau sebenarnya keputusan pribadinya untuk menyingkir dan kebetulan pada momen yanbg sama aku jadian sama Oscar.

"Kamu gak akan tau kecuali kamu hipnotis dia. Dia gak akan pernah bilang alasannya. Percaya deh...", Marshall menjelaskan waktu aku curhat.

Aku cuma duduk diam. Terpaku pada layar monitor. Berharap badai pikiran datang lagi dan membantuku melewatkan momen berantakan ini, menggantinya dengan badai pikiran yang mengacaukan fokusku pada Lanang.

2 comments: