Share |

5/30/2010

Tender Heart


Dan hujan datang lagi semalam. Kali ini tidak tanggung tanggung. Semalam suntuk menyiram Bali setelah seharian dihinggapi mendung dan sedikit pelangi. Aku berjalan sendirian di gang-gang Poppies. Earphone Ipodku menempel terus melewati gang kecil, jalan becek, dan orang lalu lalang. Sekalian biar tidak ada pedagang kerajinan Bali memanggil, atau bule-bule lecek yang ngebut dengan rack surfboard disamping motor mengganggu perjalananku, atau sekedar cowo-cowo Bali yang menggoda.

Shuffle songs mode di Ipod memutar lagu itu. Tender Heart, Lionel Richie.
Every night and every day
My heart feels the pain
I wake up to the thought of you
And i call your name


Lanang. Bukan. Bukan Lanang. Aku terkesiap. Bule itu mirip Lanang. Dan aku memandangnya rindu. Ya, sedikit. Angin hujan bertiup di gang kecil begini, di tengah hangatnya tubuh orang-orang yang bersliweran. Mendinginkan sedikit badanku yang memanas karena darah yang mengalir deras sesaat tadi. Aku spontan merasa bersalah. Mengingat Oscar. Oscarku. Oscar sedang dalam perjalanan dari Lampung menuju Jawa dan akan melanjutkan perjalanannya ke Bali, untukku. Dan aku malah berkutat dengan rindu sesaatku pada Lanang. ARGH!

Lanang masih menolak untuk berkomunikasi denganku. Dan kalau itu yang dia butuhkan untuk melanjutkan hidupnya dengan baik baik saja tanpaku, ya dengan terpaksa aku merelakan komunikasi yang hilang ini. Aku hanya tahu lewat teman-temannya, bahwa dia sedang berusaha untuk bangkit lagi. Sepertinya dia menenggelamkan dirinya dalam seabrek kegiatan sosialnya. Que sera sera, Lanang..

We don't stand a chance
In this wild romance my tender heart
Maybe it's wiser to walk away and love again
With my tender heart


P.S Oscar, jika kamu baca tulisan ini. Aku harap kamu mengerti, dan ngga mencernanya dengan salah. It's always been you... with love, Fla.

No comments:

Post a Comment